Berhati-hati Dalam Memberitakan Sesuatu

Pagi ini saya baru membaca buku Dr. Harun Nasution yang berjudul ‘Teologi Islam, Aliran -Aliran sejarah analisa perbandingan’, saya sebelumnya cukup antusias karena buku ini tergolong klasik, namun baru halaman 4 dan 5 saja saya sudah berhenti membacanya. Alasannya karena beliau sepertinya langsung ‘memaksakan’ beberapa kesimpulan yang menyudutkan Khalifah Utsman bin ‘Affan, serta menuding langsung bahwa Muhammad bin Abu bakar adalah pembunuh sayyidina Utsman.

Padahal setidaknya dari 10 jalur periwayatan yang dimulai dari paruh awal abad ke 2 H, 3 orang di’cap’ tidak bisa diterima segala periwayatannya oleh ahli hadist termasuk Imam Syafi’i, Al-Nasa’i, Abu Hatim Ar-Razi, Ath-Thabary dan Imam Bukhari. 3 orang tersebut adalah Abu Mikhnaf, Al-Waqidy, dan Saif bin Umar (Abu Mikhnaf adalah seorang syi’i). Yang 7 sisanya 4 didha’ifkan, hanya 3 periwayatan saja yg bisa diterima, meski ada beda namun tetap dinyatakan shahih. Dr. Harun juga ‘menuding’ Sahabat Thalhah dan Zubair ingin melakukan kudeta karena haus kekuasaan, demikian padahal ada sebuah data jelas dan shahih bahwasannya mereka mendukung Sayyiduna Ali sebelum maqtal Sayyiduna  Utsman.

Walaupun demikian, ada pendapat yang mengatakan bahwa riwayat Saif bin Umar dapat diterima, jika ditinjau dari aspek historis yang mana riwayatnya melengkapi titik-titik kosong dari periwayatan Abu Sa’id, Sahm Al-Azdi, dan Ahnaf bin Qays ra, yang mana Saif tidak menyudutkan para sahabat dan mengeyampingkan riwayat-riwayat dari Abu Mikhnaf dan Al-waqidy serta searah dengan apa yang diriwayatkan ketiganya. Dan ada beberapa hal lain diluar konteks ini yang menurut saya adalah pantas untuk didiskusikan, tanpa mengurangi rasa hormat kepada Prof. Dr. Harun Nasution.

Maka dalam hal ini, Hendaklah tidak sembarangan menulis berita buruk, karena sungguh Rasulullah saw tidak meridha’i cercaan siapapun kepada para sahabatnya, apalagi sang 4 serangkai. Sungguh Sayyiduna Utsman adalah seorang pemalu, hingga beliau tidak mau meninggalkan kaumnya menuju syam karena malu, walaupun beliau tau bahwa nyawanya akan dipercepat oleh sebagian orang.

من سب أصحابي ، فعليه لعنة الله و الملائكة و الناس أجمعين

Artinya: “Siapa yang mencela Sahabatku, atasnya laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya.” (HR. Thabarani dalam Mu’jamul Kabir 12/142)

وما جرى بين الصحاب نسكت عنه وأجر الاجتهاد نثبت

Fa-Radhiyallahu ‘anhum wa Radhuu ‘anhu.

-Geys Assegaf-

Leave a comment